Senin, 26 Maret 2012

Manusia, Penderitaan, Kebudayaan

Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan msyarakat. Oleh karena itu mempunyai kebudayaan keterkaitan yang erat satu sama lain.

Pada pondasi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncu manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.

Manusia dan penderitaan ataupun manusia dan kebudayaan, keduanya merupakan satu kesatuan realitas kehidupan.

Tidak bias dipungkiri dengan adanya kesatuan ini, manusia merupakan suatu kebudayaan/pencipta kebudayaan yang akhirnya bias membuat manusia itu sendiri menerapkan kebudayaan terhadap mereka sendiri, masyarakat.

Begitupun haknya dengan manusia dan penderitaan, sama-sama batu kesatuan yang realitas. Karena kehidupan tanpa adanya realitas kehidupan dunia ini tidak akan bisa tegar atau berusaha bangkit kembali mencapai segala cita-cita ataupun keinginan.

Tanpa adanya penderitan manusia tidak berubah, manusia tidak ada kemampuan untuk bangkit kembali dari keterpurukan, penderitan yang dialami. Dan dengan adanya penderitaan inilah kehidupan manusia lebih bias bertingkat, dan dengan adanya kesatuan dalam budaya/kebudayaan kehidupan manusia lebih berwarna dan bisa hidup menuju lebih baik.

Manusia dengan Kebudayaan

Manusia dengan kebahagiaan merupakan dua hal yang sangat erat terkait satu sama lain. Manusia di dunia ini memang memegang peranan unik, dapat dipandang dari banyak segi.

Dan bicara kebudayaan, kebudayaan diambil/ berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari kata budhayah yang berarti budi dan akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colorl, yang berarti mengolah tanah. Jadi secara umum kebudayaan dapat diartikan sebagi “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan “segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertankan hidupnya di dalam lingkungan”.
(Wikipedia BHS. Indonesia)

Kebudayaan dengan demikian mencakup segala aspek kehidupan manusia. Baik yang sifatnya material, seperti peralatan-peralatan kerja dan teknologi, maupun yang non-material, seperti kehidupan nilai kehidupan dan seni-seni tertentu.

Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah: Manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan objek yang dilaksamanakan manusia.

Dalam sosiologi manusia dan budaya dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda, tetapi keduanya merupkkan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak keduanya merupakan satu kesatuan.

Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-perturan masyarakat atau kemasyarakatan.
Apabila manusia melupkan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi tersaingi atau tealinasi.
(Berger, dalam terjemahan M.sastrapratedja, 1991;al:XXV)

Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan msyarakat. Oleh karena itu mempunyai kebudayaan keterkaitan yang erat satu sama lain.
Pada pondasi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncu manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.

Manusia dan Penderitaan

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda, namun secara latin manusia diartikan sebagai makhluk hidup yang berorganisasi atau berkelompok.
(Wikipedia BHS. Indonesia)

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atu lahir dan bathin.
Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan.

Manusia dan Penderitaan mempunyai suatu hubungan yang tidak bias dipungkiri, dalam hidup seseorang pasti mempunyai penderitaan. Realitas yang ada dalam kehidupan dan intensitas yang mempunyai tingkatan.

Namun  peranan individu juga menentukan berat tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.

Dapat pula suatu penderitaan merupakan energy untuk bangkit kembali lagi seseorang, atau sebagi langkah awal untuk mencapai kenikmatandan kebahagiaan. Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus dalam penderitaan sesuai dengan liku-liku.

Kehidupan manusia, penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi dengan cara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemamuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis dihadapinya.

Orang-orang yang mengalami penderitaan akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikpa positif ataupun negative. Sikap negative misalnya penyelesaian karena tidak bahagia, kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negative ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau kawin tidak mau kawin atau tidak mau pacaran, tidak punya gairah hidup, dsb.

Sikap positif yaitu sikap optimis menghadapi penderitaan, bahwa hidup bukan rangkain penderitaan, melainkan perjuangan membesasanku.

Penderitaan adalah hanya bagian dai kehidupan positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti.