Minggu, 24 Juni 2012

suratan

tertulis
dapat pula tidak
tersirat suratan
tak tersurat siratan
siluet fatamorgana
ilusi terkikis nyata
indah terombang
dimensi ruang yang masih saja hampa
tercekik dimensi waktu
nyaris tak ada celah
didalamnya berkecambuk
menelan sesal
semestinya tidak
pengharapan diantara kesakitan
sulit membuka
sulit juga menutup

Hutan belantara

Aku tersesat
Langkah terhenti
Nyaris mulut besar bertaring menelanku hidup-hidup
Aku menangis ditengahnya
Berlari tanpa tahu arah
Menjauh dari bola mata tajam
dan gertakan langkah pelan mematikan.
Ku ikuti alur sungai berkelok
Dibawah sinar ratu malam
Ditemani siluet tegak.
Samar ku lihat tumpukan daun kering yang disangga oleh batang pepohonan
Didalamnya terdapat cahaya remang dari sebatang obor
Pintunya sedikit membuka
Ku coba untuk masuk kedalamnya
Namun tak seorangpun berada didalamnya
Ku putuskan bermalam disana sampai fajar menyingsing
Masih panjang perjalanan yang harus dilalui
Yang dapat mengeluarkanku dari sini
Tempat dan keadaan yang membuatku setengah mati setengah hidup.

Musafir

kupungut kepingan
diantara gelak tawa
keangkuhan
pesakit yang masih saja menjerit
meraung ditengah bungkamnya
apalah musnah 
saat ini masih saja keras

mencoba menerjangnya
dan tak sesering menopangnya
terasa berat terbebani
diri sendiri

mungkin bertahan 
mungkin juga tidak
adakalanya ingin
adapula tidak
tidak untuk memaksa

musafir yang terus berkelana
ditengah gersangnya gurun pasir,
dinginnya salju,
pasangnya gelombang,
panasnya sengatan,
menapaki 
meninggalkan jejak